Monday, March 9, 2009

Bahayanya Golput


Satu lagi hal yang sangat berguna bagi kita adalah pemahaman yang baik tentang undang-undang pemilu kita. kalo kita baca Pasal 200 dan seterusnya dalam undang2 tersebut, maka sebenarnya tidak ada ruang bagi golput untuk menyebut diri sebagai bentuk perlawanan.

Dalam pasal2 tersebut diterangkan bahwa seberapa persen pun suara yang masuk maka jumlah kursi di DPR akan tetap terisi penuh. hal ini dilakukan dengan cara membagi jumlah kursi yang tersisa pada partai2 yang lolos electoral trasehold (2,5%, bukan zakat hehe) menurut prosentase perolehan suara mereka. Dengan kata lain, walaupun hanya 10% dari pemilih potensial yang memberikan suara dalam pemilu, kursi DPR tetap saja akan terisi penuh, n gak kosong. kalo, yang menang dari 10% tersebut adalah orang2 yang korup, maka merekalah yang bakal memegang tongkat komando kebijakan negara ini. kalo yang menang dari 10% tersebut adalah orang2 yang anti terhadap Islam, maka sudah tentu semua kebijakan akan menjadi musibah bagi muslim negeri ini.

Begitu juga dalam pemilihan Presiden, yang berhak mencalonkan adalah mereka yang memiliki 20% perolehan suara pemilu. jadi yang dapet 20% suara dari 10% orang yang ikut pemilu tetap berhak mengajukan capresnya. dan capres yang memenangkan 51% suara dari 10% orang yang ikut pemilu tetap berhak menjadi Presiden RI wallaupun 90% lainnya golput.Inilah romantika demokrasi, preview nya adalah Mesir, Husni Mubarak memenangkan pemilu yang hanya diikuti tidak lebih dari 30% pemilih potensial karena calon2 legislatif dari opisisi seperti kelompok Ikhwanul Muslimin habis ditangkapi dan dipenjarakan, selain itu para pendukung kelompok ini juga dipersulit bahkan dilarang ikut menconblos di banyak TPS negeri itu. alhasil Husni Mubarak tetap jadi presiden seluruh Mesir walau cuma beberapa persen dimenangkan.Itulah demokrasi dan kita dituntut harus tetap cerdik mensikapi sistem demokrasi ini, kalo dulu Ust. Anis Matta membuat buku Menikmati Demokrasi mungkin sekarang sudah saatnya kita membuat Modul Bagaimana Menjadi Matador Demokrasi yang Sukses. saya rasa manuver petinggi2 di pusat sudah memperlihatkan penguasaan medan yang sangat baik.Kembali ke pokok permasalahan, pilihan golput sebagai perlawanan saat ini menunjukkan masih rendahnya PQ ummat ini. seperti kata Pak Mico, bahwa setiap pilihan akan dimintai pertanggung jawaban termasuk memilih untuk merelakan kepemimpinan ummat ke tangan para durjana.Jadi alih-alih melakukan perlawanan, mereka yang golput malah harus mengikuti apapun kebijakan dari orang2 yang mereka biarkan untuk menang dalam pemilu walaupun yang mereka biarkan menang itu adalah Rahwana sekalipun.
Saya pernah tertawa dan menangis saat membaca opini para pendukung golput dari sebuah blog. si penulis mengatakan bahwa semakin banyak orang yang golput maka Indonesia akan segera hancur, lalu saat itulah Khilafah islamiyah akan didirikan. dari situ saja kita bisa menebak nebak seberapa baik dan canggih PQ (Political Quotient) dari saudara2 kita.Kalau kita telaah orang-orang yang dekat dengan isu seputar golput ada beberapa macam:
1.Golput tapi tak mengkampanyekan. Golongan yang satu ini terdiri mereka yang bisa jadi karena kurang pengetahuan dan informasi tentang pemilu yang kebanyakan adalah mereka yang berada pada level bawah-bawah. Selain itu ada pula yang terjadi karena ke apatisan dan ketidak puasan pada kinerja penyelenggara pemerintahan dan wakil-wakil rakyatnya, tipe ini bisa terdapat mulai dari menengah bawah hingga level atas-atas. Yang menarik, level bawah-bawah dan menengah bawah bisa saja meninggalkan golput bila ada varian lain yang terjadi. Misalkan saja money politics. Maka dengan hanya beberapa puluh ribu rupiah menjelang hari pencoblosan atau bahkan beberapa saat sebelum pencoblosan, suara mereka akan terbeli dan itu yang sering kali terjadi.
2.Golput sekaligus mengkampanyekan. Tipe ini bisa terdapat pada beberapa kelompok. Yang pertama, bisa jadi dikarenakan kekecewaan yang mendalam terhadap pemilu. Yang kedua adalah mereka yang bisa kita sebut ronin-ronin parpol, yang tersingkirkan dari partainya atau tidak mendapatkan apa yang dia inginkan di partainya lalu kecewa dan keluar dengan yel-yel golputnya. Contohnya kita bisa lihat sekarang. Yang ketiga, adalah mereka yang katanya golput ideologis (meminjam istilah mereka yang bangga dengan sebutan itu). Kelompok ini adalah mereka yang mengharamkan golput atau berpura-pura membolehkan tapi dengan syarat yang mereka buat buat hingga akhirnya ya haram juga katanya. Bagi saya, kelompok ini gak pantas disebut golput. Karena menurut saya lagi, yang namanya golput itu adalah keadaan tanpa afiliasi kemanapun, netral gak kemana-mana. Jadi jangan mimpi mau menyatukan golput, mengkoordinir dan mengerahkan golput, apalagi jadi pemimpin golput. Karena sejatinya golput itu gak mau ikut sana sini apalagi disuruh memilih pemimpin, weleh. Nah, untuk kelompok terakhir tadi sebutan yang paling tepat adalah golongan asing (gosing) mirip ET, karena pemilih bukan dan golput juga gak masuk. Tapi anehnya mereka sibuk kampanye golput juga.
3.Yang pura-pura golput dan sibuk mengkampanyekan golput. Hih, kelompok ini yang cukup berbahaya, militansinya bisa jadi lebih hebat dari kelompok kedua. Karena support dana yang mereka miliki. Kelompok ini bisa jadi adalah pesanan parpol-parpol curang dan kelompok kepentingan. Lembaga survey, media massa dan kelompok masyarakat tertentu boleh jadi terkait dengan jaringan ini. Tentu saja, tidak semua pesannya vulgar mengajak golput. Dengan membesar-besarkan hasil survey dan informasi tentang golput saja, sudah bisa masuk dalam alam bawah sadar pemilih untuk berfikir dan menerima gagasan golput apalagi mereka yang timbang sana sini.

Apakah golput akan menghasilkan perbaikan? Dalam perspektif terbatas bisa saja itu tejadi tapi pada kondisi Indonesia sekarang, sudah seharusnya berfikir berkali-kali. Karena boleh jadi golput malah menguntungkan partai-partai curang. Mengapa demikian? Karena eh karena dengan golput parpol culas bisa:

1.Mengurangi biaya pembelian suara. Kelompok yang golput bisa jadi menguntungkan parpol yang terbiasa tebar uang dan hadiah. Daerah-daerah yang dipetakan kurang prospektif dari segi potensi atau tidak lebih menguntungkan dalam jangka panjang, tidak akan terlalu serius diurusi karena keterbatasan dana. Bisa jadi ada namun tidak terlalu signifikan. Biarlah daerah yang kurang potensial tersebut dinina bobokan dengan pasukan golput saja, agar tidak banyak memberi pengaruh pada perolehan suara.
2.Fokus pada daerah-daerah strategis dan potensial. Karena alasan budget juga, parpol cenderung memfokuskan pada daerah-daerah kaya potensi. Masyarakat daerah tersebut yang masih menengah kebawah akan menjadi sasaran money politics. Sedangkan yang menengah ke atas didekati dengan rekrutan menjadi caleg atau iming-iming proyek dimasa kemenangannya. Intinya jangan sampai ada golput dan pilihan partai lain di daerah tersebut karena fokus anggaran partai sudah ditetapkan. Oleh karena itu secara umum, parpol yang memiliki budget raksasa adalah mereka yang paling berpontensi memenangkan perang gaya ini.
3. Memudahkan memupuk kekayaan dalam jangka panjang, minimal 5 tahun kedepan. Hasilnya tentu saja kekayaan yang berlimpah dari kesempatan bereksporasi dalam lima tahun kedepan, menyiapkan pemilu berikutnya. Sebagian kecil bisa saja dibagi agar pimilih merasakan dan mengurangi potensi golput masa berikutnya serta memupuk loyalitas pemilih, sebagian besar yang lain adalah logistik partai dan kekayaan orang-orangnya.
Mikir-mikir lebih jauh akan ada juga keuntungan untuk partai atau kelompok dengan agenda deislamisasi atau islamophobi. Dengan besarnya golput terutama dari muslim Indonesia maka dapat:
1. Mengurangi keterwakilan muslim dalam pengambilan kebijakan
2 Mengurangi peran-peran muslim dalam kehidupan berbangsa secara umum
3. Mempreteli satu demi satu regulasi bernafaskan syariah
4. Memudahkan jalan untuk mengembalikan Pancasila sebagai azas tunggal
5. Memudahkan jalan melemparkan Islam dari ranah publik.
Hal lain yang perlu diingat adalah TNI dan Polri sudah barang tentu berada pada pihak yang memenangkan pemilu (itu kata undang undang). Mereka siap mengamankan apapun kebijakan yang berkuasa. Dan dukungan internasional juga akan mengalir bila lima agenda diatas mulai terformat dan bergerak. Toh, kata temen saya Mas Ucup, entah yang memilih itu 100% atau cuma 50%, hasilnya akan tetap legitimate untuk menjadi penguasa.
Sumber: Email dari teman

1 comment:

Kurniadi Bulhani said...

postingnya ok banget nih,,,aku golput itu aja.aku gak dukung sih golput .tapi pemilu ini aku milih golput aja ,alasanku ada disini mengapa golput.

http://axepbudiman.blogspot.com/2009/03/aku-golput.html

udah banyak korban,bunuh diri ,serangan jantung,bentrok,itu hanya politik,seperti hukum rimba walaupun hidup ditengah hidayah yang lebih besar nilainya..

Sign by Danasoft - For Backgrounds and Layouts